Penyesalan di Usia 30

ilustrasi penyesalan sumber: viva.co.id
ilustrasi penyesalan sumber: viva.co.id

Semua penyesalan itu seakan datang silih berganti membayangiku, di penghujung usia muda.

Di penghujung 2018 ini usiaku genap 30 tahun, usia matang dimana seseorang pria tak bisa dibilang muda lagi tak juga terlalu tua, di usiaku ini aku sering merasakan penyesalan akan hal-hal yg harus atau tidak kulakukan, sesuatu yg tidak pernah terpikirkan dari dulu, mulai jurusan kuliah, pekerjaan, keluarga, dsb. Baca lebih lanjut

Andai Aku Bisa Kembali ke Masa Lalu

astronomytrek.com
astronomytrek.com

Masa depan dan masa lalu, dua hal yg pastinya akan kita lewati. Setiap orang pasti punya keinginan, namun seringnya kenyataan tak sesuai harapan, tak hanya itu kita pun sering salah dalam melangkah. Kata orang usia 20 – 25 tahun adalah usia penentuan diusia tersebut seorang pria misalnya sudah harus menentukan tujuan hidup, kuliah, kerja atau merintis usaha, intinya adalah melakukan sesuatu demi sebuah target.

Andai waktu bisa diputar atau mesin waktu ada seperti di film-film sci-fi aku ingin sekali kembali kemasa lalu, merubah beberapa hal, lalu apa yg ingin aku rubah?

Jika bisa kembali ke tahun 2003 dimana aku berusia 15 tahun, aku akan menutupi kecintaanku pada musik, yg pada saat itu berhasil membuatku dianggap aneh, di bully dan sebagainya. Di tambah lagi masyarakat di kampung ku sangat konservatif, orang-orang menganggap musik itu negatif disisi lain musik membuatku punya teman dan tak lagi mengurung di dikamar. 

Jika bisa kembali ke tahun 2008 dimana aku berusia 20 tahun, aku akan kuliah sungguh-sungguh dalam artian peduli terhadap banyak hal. 

Hal lain adalah urusan asmara tak jelas yg sempat kujalani, entah apa yg ada dalam pikiranku waktu itu aku sering menelpon gadis yg kukenal dari nomor nyasar. Ia masih duduk dibangku SMA waktu itu dan kami mengobrol sepanjang malam hingga jam 3 pagi itu terjadi sampai tahun 2010, orangnya memang ‘asik’ diajak ngobrol, tak terhitung berapa pulsa yg kuhabiskan jika ditotal, padahal waktu itu aku sedang kesulitan membayar SPP dan yg paling miris aku bahkan jarang menelpon orang tuaku hingga saudaraku sempat menegurku waktu itu.

Belakangan aku tahu kelemahan wanita terletak pada uang, jika kamu mau memberi uang ia menganggap dirimu serius dengannya.

Jika bisa kembali ke tahun 2013 dimana aku berusia 25 tahun, aku ingin melakukan beberapa hal, seperti kredit motor, mencari pasangan hidup dan menghabiskan waktu bersama orang tuaku, ibuku meninggal setahun kemudian sedih sekali rasanya.

Aku sempat bekerja di perusahaan media yg didanai oleh partai politik lokal, namun mirisnya dgn gajiku sangat sedikit sekali, orang tuaku sempat menasehatiku untuk mencari kerja lain yg lebih jelas seperti di BUMN, Bank, dll. Namun dasar aku yg begitu, bodoh naif dan idealis mencoba bertahan di perusahaan yg tutup tahun 2015 terkait kasus pencemaran nama baik, tak hanya itu banyak hal terungkap terutama soal atasan yg korup disaat para pekerja sering tak ada gaji.

Penghasilanku selama bekerja di media memang tak banyak, namun aku masih bisa menyisakannya sedikut, lagi pula kos juga masih ditanggung orang tua karena aku masih kuliah, harusnya waktu itu aku menabung agar bisa kredit motor, namun tak kulakukan uangku habis begitu saja.

Di usia 30 aku baru lulus sarjana setelah sempat kuliah di beberapa kampus, normalnya lulus sarjana di usia 23. Aku merasa benar-benar seperti pecundang yg serba terlambat, di usia dimana teman-teman sudah menikah aku masih saja berkutat dengan berbagai keinginan dan ego mudaku, terkadang aku takut aku tidak bisa menjadi orang baik atau suami yg baik.